Ketika sudah berada di puncak
entah kenapa aku sering kali senang menceritakan saat-saat dimana aku mengalami
kesulitan melalui rintangan sebelum puncak tersebut. Hal yang sama terjadi
ketika suasana ramadhan yang kita injak ditahun ini berbeda jauh ekspektasinya.
Hal- Hal yang aku rindukan saat suasana Ramadan dan persiapan lebaran tahun ini akan menjadi sebuah paket parcel antik
yang kelak tidak akan aku lupakan seumur hidup.
Ada kesedihan yang tertahan
disudut mata kanan dan kiriku, sebab selain berada jauh dari keluarga, aku juga
harus menikmati ramadhan tahun ini berada jauh dari suami. Tapi tak mengapa,
jauh daripada itu aku masih sangat bersyukur sebab tempat tinggalku saat ini
berada diantara orang-orang yang sangat hangat. Tidak ada ikatan darah sedikitpun,
tapi kepedulian dan rasa sayang mereka merangkul hangat dinding-dinding rumah sederhanaku.
Bercerita tentang hal-hal yang
dirindukan saat ramadhan adalah hal mutlak bagiku jika jawabannya adalah “
masakan mama”.
Ketika sudah sedewasa ini masakan
mama menjadi sangat dirindukan, sebab hanya saat ramadhanlah aku bisa memastikan alasanku untuk pulang kerumah
orangtua dan bermanja mesra dengan selalu memohon pada mama agar menu makanan
hari ini, mama yang masak.
Sebagai salah satu keturunan asli
Palembang, mama punya tangan ajaib ketika sudah meracik menu masakan khas Wong
Kito Galo ini. Aku sendiri merupakan anak sulung mama yang cukup handal meniru
masakan mama. Tapi bagiku racikan masakan dari tangan mama adalah yang paling
hebat.
Apalagi ketika suasana ramadhan
seperti ini, menu takjil dan masakan khas Wong Kito Galo senantiasa selalu
tersaji diatas meja makan mama. Sederhana memang, tapi ketika aku tinggal berada jauh dari lingkungan kebudayaanku menu takjil dan makanan tersebut sangatlah
tidak mungkin dijajakan oleh warung makan disekitar tempat tinggalku yang sekarang.
Sehingga aku harus meracik sendiri menu takjil tersebut dan membagikannya ke
tetanggga sekitar rumah, dengan begitu aku bisa merasakan seolah olah sedang menyantap makanan tersebut bersama keluarga dan orang tuaku. Secara tidak langsung aku juga
sudah turut mengenalkan beberapa menu makanan khas Wong Kito Galo ini.
Itulah mengapa untuk kesekian
kalinya aku katakan bahwa, masakan mama adalah yang aku rindukan. Mungkin ada
yang bertanya, memang apa sih menu takjil dan masakan khas dari masyarakat Wong
Kito Galo seperti kami?
1. Burgo
Burgo adalah makanan
asli Palembang berbentuk dadar yang digulung. Adonannya terbuat dari campuran
tepung beras dan tapioka. Rasa gurih kuah santannya sangat khas dan wangi,
sebab berasal dari kaldu ikan tenggiri yang biasa menjadi komposisi penting
dalam burgo.
Mama biasa memasak
burgo dalam seling hari terjadwal misal seminggu sekali selama ramadhan. Mama
biasanya masak burgo dengan jumlah adonan yang besar sebab ketika sudah matang,
mama senantiasa membagikan menu tersebut kerumah nenek (ibu kandung mama yang masih
sehat sampai sekarang), nyai, uwak, serta sanak sepupu. Kadang, ketika
mama tidak cukup fokus dalam menghitung jumlah takaran adonan, tepung dadar
yang direbus tersebut biasanya mengalami kekakuan saat akan digulung, sehingga
burgo yang harusnya digulung dan menjadi irisan dadar halus seperti macam tak beraturan bentuk, pokoknya alakadarnya saja yang
penting matang, “Aiii... ujung-ujungnyo kagek masuk perut jugo” (artinya :
Ahh..sudahlah nanti juga masuk perut) mama biasa menimpali. Hahahahaha…..
Ah, jadi berkaca-kaca mengingatnya. 😥
2. Pempek Pistel
Pempek Pistel adalah
makanan khas Palembang yang terbuat dari tepung terigu dan tepung kanji dengan isian kates serut dan
ebi kering serta beberapa komposisi lain seperti telur, bawang putih yang dihaluskan,
penyedap rasa dan garam. Seperti makanan wajib yang harus ada , itulah mengapa
keturunan wong kito galo selalu menurunkan resep membuat pempek pistel ini ke
anak cucunya sebab hampir setiap hari kami selalu mengkonsumsinya. Dan tidak
lupa cuka khas kental gula aren adalah yang menjadikan pempek ini terasa nikmat
dan lengkap.
Bagi mama membuat
pempek pistel tidak memerlukan keahlian khusus, yang perlu menggunakan keahlian
itu adalah mengambil kates muda dari atas pohon sebagai isian dari pempek
pistel ini.
Sebab biasanyo batang kates tukan tumbuh njulang luhus kepucuk.
(Artinya: sebab biasanya pohon papaya itukan tumbuh
tinggi menjulang keatas)
Nah, mama biasanya
mengambil kates muda diatas pohon dengan menggenggam galah panjang dari bambu menggunakan
tangan kanan kadang juga menggunakan kedua tangan kanan dan kirinya, lalu kedua
kakinya memasang kuda-kuda bersiap menendang kates yang jatuh dari atas kearah
mana saja yang sekiranya bisa jatuh diatas rumput agar tidak
pecah.
Ketika mama bersiap
menghujamkan galah kebagian pangkal kates, mama akan berteriak “ Awas minggir
kau wong tu, agek keno palak, binjol”. (Artinya : “ awas kalian semua
minggir, nanti kepala kalian tertimpa, bengkak”).
Bisa dibayangkan? 😱
iyesss....seketika itu pula lah kami harus mundur beberapa langkah, berada jauh dari area, dari pada kates yang
ditendang tadi nyasar kearah kami. Hahahahaha…😆😆
3. Rujak So’un
Rujak so’un asal
Palembang memakai kuah cuka dan gula merah aren kental.
Rujak mie so’un khas
wong kito galo ini menggunakan mie so’un sebagai bahan utamanya. Pelengkap
lainnya berupa tahu, tauge yang sudah diseduh air panas mentimun, bawang goreng,
daun seledri iris dan kacang tanah yang digoreng serta taburan kerupuk
diatasnya.
Ada yang mengatakan
rujak mie so’un ini adalah modifikasi dari pempek karena wong kito galo dak biso jauh dari panganan berbahan ikan ini.
Pempek lenjer biasonyo dipotong kecik-kecik (kecil-kecil) kemudian dimasukkan
dalam isian rujak.
Rujan mie so’un
buatan mama menurutku paling endesss rasanya, sebab kali ini alasannya bukan
karena proses menemukan atau mencari bahan-bahan racikannya, tapi karena mama
selalu mengajarkan agar melengkapi segala komposisi utama ketika membuat rujak
mie so’un ini termasuk taburan diatasnya.
Mama pernah bilang “
makan itu bukan kenyangnyo, tapi cam mano makanan tu bumbu samo bahannyo
lengkap pastilah sedap jingoknyo , telebih agi pastilah nikmat nyantapnyo”.
(Artinya : makan itu bukan mencari kenyang, tapi
tentang bagaimana kita melengkapi bumbu dan bahan dari menu makanan tersebut
sehingga ketika kita menyajikannya saja terlihat nikmat apalagi ketika
menyantapnya).
Mama selalu berusaha
memberikan sajian yang sederhana namun kaya makna. Sangking rindunya dengan masakan
mama, hingga ramadhan hari ke 16, rujak mie so’un ini saya masak sudah sebanyak
4 kali.
Bewww….. Jangan Tanya
sudah berapa kilo gula aren yang saya masak sampai hari ini.
Hihihihi….😂😂
4. Pepes Tempoyak Ikan Seluang
Tempoyak atau
tempuyak adalah masakan yang berasal dari buah durian yang difermentasi.
Tempoyak merupakan makanan yang biasanya dikonsumsi sebagai lauk saat menyantap
nasi. Tempoyak juga dapat dimakan langsung.
Di rumah mama, tempoyak
dimasak dengan campuran utama ikan, ikan yang digunakan biasanya adalah ikan
sungai yang didapat dari sungai sekitar rumah dengan cara memasang jaring.
Abah (ayah) adalah
seorang penyelam ulung dan sangat pandai menangkap ikan dengan jaring. Ikan
yang sering terperangkap di jaring adalah jenis seluang, oleh karena itulah
ikan seluang biasanya menjadi ikan yang sering dimasak pepes dengan tempoyak
oleh mama.
Kalo ada yang
penasaran gimana rasanya?
yukk ..ah kapan kapan
main ke rumah mamaku, ikut aku pulang kampung. Nanti aku minta sama abah untuk
pasang jaring, dan minta mama untuk memasak ikan seluang tangkapan abah dengan
teknik pepes tempoyak.
Aiiii……Sedap nian ini
pastinyo!!! 😘😘
5. Pindang Ikan Baung
Pindang merupakan
makanan (lauk) khas Palembang Melayu. Pindang merupakan masakan dengan
pengolahan sederhana. Pada masa lalu, aktivitas masyarakat yang tinggi,
menyebabkan dorongan untuk memasak secara praktis. Pada sisi lain, Sumatera
Selatan yang memiliki aliran Sungai Musi beserta anak-anak sungai lainnya,
menyediakan ikan yang berlimpah. Ditambah lagi lebak (rawa) memiliki kekayaan
yang sama melimpahnya. Dibuatlah kemudian pindang ikan. Ikan yang biasa dimasak
pindang adalah baung (Mocrones micracanthus Bleeker).
Bumbu pindang sangat sederhana,
yaitu bawang merah, bawang putih, serai, kunyit, lengkuas, jahe, cabai, dan
asam kandis. Semua bumbu diiris halus memanjang. Sementara ikan bisa didapat
disungai dengan memasang jaring. Dan itu tugas abah (hehehe).
Ciri khas dari
masakan mama adalah, entah mengapa ketika mama memasak pindang ikan baung ini,
tidak pernah sekalipun kuah dari pindang
ikan ini pahit atau nyegrak. Tidak. Tidak pernah sekalipun.
Dan mengapa saya
sangat merindukan masakan pindang ikan baung mama? Karena di tempat tinggal
saya sekarang , Kota Semarang, saya tidak tahu dimana saya harus mencari dan
mendapatkan bahan utaman ikan baung ini. Jadi bisa dibayangkan ketika saya
pulang kampung hanya setahun sekali, maka setahun sekali pula lah saya hanya
bisa menikmati pindang ikan baung buatan mama.
Hiks…Hiks….ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Jadi
netesin air mata deh, ternyata mengenai masakan mama yang kurindukan, bukan
hanya tentang masakannya, tetapi tentang canda tawa, segala kegokilan juga cerita
drama yang mewarnai dalam proses memasak itulah yang menjadi bumbu-bumbu rinduku
pada masakan mama. Ditambah lagi ini adalah bulan Ramadhan, dan ini pertama kalinya aku tidak bisa pulang kampung dan berkumpul dengan adik serta kedua orangtuaku sebab wabah covid-19.
Do'a ku, do'a kita, dan do'a kami semua. Semoga wabah ini segera berlalu.
Sehingga hal-hal yang dirindukan saat suasana ramadhan seperti ini bisa segera ditunaikan. Amiin....
Kalo kalian gimana?
Apa saja jenis
masakan mama yang kalian rindukan?
Mari berbagi dikolom
komentar, ^_^
Terima kasih sudah
membaca ceritaku…
Mbakkk hihihi seru banget ya bebikinan makan sama mama tuh. Ada aja komentarnya yg kita inget sampai sekarang. Ibuku sukanya bikin soto tauco dari Pemalang. Bumbunya minta dikirimin sih dari kampung nggak bikin fermentasi sendiri.
BalasHapusiya mbak, ternyata omelan mama yang dulu-dulu itu punya buah hikmah yang manis mbak. soto tauco, hemm lezatt aku pernah nyobain dibrebes mbak, dket pasar . lupa namanya.
HapusAku belum pernah makan semuanya nih huhuhu, dulu pas ke Palembang tahunya pempek, model, dll gitu
BalasHapusyukk mbak kapan kapan main kekampungku, siap siap tapi harus segera sikat gigi sebab makan seperti cuka pempek beresiko utk gigi , hehehe
HapusRujak mi nampaknya seger banget ya mbak. Cocok banget dinikmati di skiang hari yg panas
BalasHapusiya mbak, seger banget. tetangga ku juga bilang pas berbuka santap itu seger.
HapusLidahku selalu cocok dan nagih dgn makanan Palembang Mbaa... Semuanya sukaa rasanya, pempek pistel mau doang diajarin bikinnyaa Mbaa
BalasHapusboleh mbak, yuk kapan kapan aku list kan komposisis dan cara buatnya
HapusSabar ya mbak, semoga pandemi covid19 segera berlalu sehingga Mbak Fitra bisa pulkam dan berkumpul bersama keluarga aamiin.
BalasHapusDari banyak jenis makanannya saya tahunya hanya pempek, tapi kalau pempek pistel belum pernah. Paling penasaran sama tempoyak, apakah rasa duriannya tetap dominan, hehe.
Paling seru saat ritual ambil buah pepaya, pasti orang-orang pada kaget dan cepat-cepat menghindar yaa.
amiin mbak. bener bener kerasa mbak efek pandemi ini dengan suasana ramadhan tahun ini.
Hapustempoyak itu biasanya disajikan dengan cara dimasak mbak. sebab rasanya lebih semelidut apa lagi kalo dicampur ikan dipepes. lezatttttt...hemm..
Ya Allah itu makanannya bikin ngiler semua terutama yang Burgo mau open order ga mbak? hehehehe pengen nyobain...
BalasHapuspengen banget aku tu mbak bikin burgo disini, nanti tak kasih untuk mu juga mbak,,,tapi,,tapi,,, tapi ikannya cari dimana. hiks. hiks...
HapusJd auto ngeces nih mb..aku pingin semua nih...rakus y..pingin nyoba Burgo penasaran ma rasanya nih
BalasHapusrasanya kayak makan kaldu tenggiri mbak, gurih kentel, lezattttt,,hehhe,, aku juga ngencess jadiinya...hahahaha
HapusAiiih..aku blom nyobain satupun masakan yg disebutkan ini. Hiks..asli jadi kepengen niih.. Semoga pandemi segera berlalu dan dirimu segera bisa merasakan masakan mama lagi yaa..
BalasHapusamiin. ayok mbak kapan kapan kerumahku, trus nanti kita kepinggir sungai nyabutin satu persatu ikan yang nyangkut dijaring yang dipasang abah. buat dipepes
Hapustidak ada yang bs menandingi masakan seorang ibu bagi anaknya, karena dimasak dengan penuh cinta dan kita tumbuh bersamanya. aihh selalu rindu msakan ibu juga :')
BalasHapusiya mbak, masakan mama itu Top banget dah pokoknya
HapusMakanan khas Palembang ya mbak. Enak ya. Seger gitu kuahnya. Dan pedes pastinya hahaa
BalasHapusiya mbak pedes pakenya cabe rawit dari kebun sendiri, hehehe makanya pedesnya kadang kelewat karena gak mikir harga cabe. hahaha, and bener lagi mbak ini seger banget. sama hal nya dengan rujak yang lainnya. intinya segala rujak itu cenderung seger memang mbak...
HapusDuh, aku suka nian Burgo samo pistel, kangen juga samo Plembang,belum kesampaian balek buat nostalgia, hehe..kalo makanan plembang, ada tetangga wong plembang jago nian masaknyo jadi terobati...semoga situasi membaik dan bisa mudik ya say..
BalasHapuslemak lah kalo ado tetangga wong palembang biso ngobati raso rindu kalo dio bagi kito masakan palembang yang dibuatnyo
HapusFoto-foto masakannya buat ngiler mb. Yang belum pernah Maya coba makan Burgo,jadi pengen nyobain Burgo. Ntar aku Searching resepnya
BalasHapusauot keringetan ini masaknya mbak, apa lagi ketika ngangkat cetakan rebusan tepung yang akan didadar itu. pokoknya kudu punya tim ini mbak.
HapusWah jadi kangen masakan kakak sepupu waktu kami ke Palembang, disajikan pempek, tekwan, tempoyak ikan, rujak soun. Duh duhhh kangen, semoga pandemi beneran lenyap jadi bisa ke Palembang lagi
BalasHapusamiin. mbak... wah ternyata punya saudara dipalembang ya. tinggal dimananya mbak kakak sepupunya?
HapusJadi ingat kapan hari ngetrip ke Palembang. Dimana-mana ditawarin pempek dan ikan, padahal aku nggak doyan ikan hahaaa... salahku sendiri ya kenapa ga doyan. Tapi gpp sih, melihat mereka makan lahap aku sudah ikut kenyang. ;)
BalasHapuswah nyesel gak mbak , kenapa gak nyobain. Bahkan disekitar jembatan musi pempek yang dijajakna dipingggir trotoar dan penjaja keliling itu rasanya gak kalah lo mbak sama penjual pempek yang ada dioutlet kota palembnag itu sendiri. next time pas balik lagi, kudu nyobain mbak..
HapusMasakan ibunda memang selalu dirindukan. Semakin terasa Rindu ketika masakan itu Tak lagi bisa Kita nikmati. Semoga segera bisa pulang kampung dan menikmati masakan ibunda ya mbak
BalasHapusamiin.. semoga bisa segera pulang kampung ,, dan request semua menu andalan mama mbak. mbak marita mau ikkut?
HapusYa ampyunnn..kok aku asing ya sama makanan2 bikinan mama ini. Taunya pempek2 doang. Semoga mudik bs segera terlaksana ya mbak...
BalasHapuswah makanannya enak enak dan anti mainstream buat saya mbak krna kalau di rumah lebaran ya indentiknya sama opor, ketupat dan rendang hehe
BalasHapus