Makanan tradisional merupakan makanan yang pada umumnya memiliki cita
rasa unik dan memiliki ciri khas yang sangat lekat, baik itu aroma, warna
atupun bentuk serta cara pembuatannya. Kali ini saya ingin membahas makanan
khas yang berasal dari tanah Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan.
Kota Palembang. Kota yang kental
dengan suku melayunya ini menyimpan berbagai keunikan dalam jenis makanannya.
Salah satunya pepes tempoyak. Siapa yang tak kenal kuliner Indonesia yang
satu ini? Rasa-rasanya sungguh sangat disayangkan jika belum pernah
mencicipinya. Makanan yang berbahan dasar ikan yang dicampur dengan tempoyak
ini sangat digemari dikalangan masyarakat luar. Bagi beberapa orang yang tidak
menyukai buah durian barangkali bisa mencoba pepes tempoyak, sebab dari segi
aroma sangat jauh berbeda dengan buah durian pada umumnya.
Pasti diantara teman-teman sudah
ada yang tau apa itu tempoyak dan bagaimana lezatnya makanan yang satu ini,
tapi kemungkinan ada juga yang nggak tau. Oke deh aku ceritain sini.. ^_^. Sebenarnya
tempoyak sendiri merupakan fermentasi dari buah durian. Kwalitas buah durian yang
digunakan untuk dijadikan tempoyak harus memenuhi kriteria yang baik agar hasil
fermentasi maksimal sehingga tempoyak yang dihasilkan dapat memiliki cita rasa
yang kuat.
Membuat tempoyak sendiri dapat
dikatakan gampang-gampang sulit. Tidak perlu keahlian khusus dalam membuatnya.
Proses fermentasi durian ini pun tidak
membutuhkan teknik khusus. Cara membuatnya pun sangat mudah. Buah durian yang
sudah dibuka dari kulitnya kemudian dikelupas dari bijinya. Setelah itu buah
durian tersebut diletakkan dalam wadah yang kelak akan ditutup rapat. Oleh
karena itu pemilihan wadah harus di persiapkan agar setelah dikelupas dari
bijinya, buah durian tersebut tidak perlu dipidahkan lagi kewadah lain.
Meminimalisir pemindahan bahan utama ini dapat megurangi resiko gagalnya
fermentasi.
Kemudian buah durian yang siap di
simpan itu diberi garam dan cabe rawit yang tentunya sudah dicuci bersih dan
ditiriskan agar bisa menghasilkan fermentasi yang maksimal. Setelah diberi garam
dan dicampur dengan bulir cabe rawit secukupnya, wadah tadi ditutup rapat dan
dibiarkan kurang lebih 12–15 hari hingga buah durian tadi menjadi tempoyak.
Ketika sudah melewati masa
penyimpanan, durian tersebut akan menimbulkan aroma yang mungkin kurang sedap
diindra penciuman bagi beberapa orang. Tapi bagi saya , aroma ini sedap. Nah,… setelah ini
tempoyak sudah bisa dikonsumsi langsung atau diolah sesuai selera.
Dalam keluarga besar kami pepes
tempoyak adalah salah satu menu andalan dalam keluarga kami. Tempoyak yang siap
diolah ini bisa dicampurkan bersama ikan yang akan dipepes. Ikan yang sudah
dibersihkan diletakkan diatas daun pisang, kemudian ambil tempoyak secukupnya
dan lumuri seluruh badan ikan tadi dan balut segera dengan daun pisang dan
kukus.
Orangtua kami memiki selera
berbeda, bagi mereka pepes tempoyak tadi akan lebih nikmat jika dipanggang
diatas bara api. Suatu hari mereka pernah bercerita, bahwa aroma dari pepes
tempyak yang dibakar akan membuat selera makan meningkat, sehingga tak
segan-segan porsi nasi yang disiapkan untuk menyantap pepes tempoyak ini akan
berlipat 2 kali dari waktu makan biasanya.
Hemmm…membayangkannya saja sudah
membuat saya menalan air ludah, ditambah lagi rasa rindu ketika menyantapnya
bersama emah, abah dan kedua adikku. Semoga suatu hari kami bisa berkumpul
bersama lagi. Dan semoga saat itu kebetulan lagi musimdurian dan ikan tentunya.
Hehehehe…
Kalau kalian apa nih makanan
tradisional yang sampek sekarang kerasa banget dilidah?
Yukk… ceritain di kolom komentar,
ditunggu…
See u…
Posting Komentar
Posting Komentar