Arsip Blog

Slider

5/random/slider

Label

Advertisement

Main Ad

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.

Facebook

Puisiku, Penyembuh Lukaku

30 komentar


Self healing adalah sebuah cara untuk menyembuhkan diri dari sesuatu yang menyebabkan kelelahan atau luka batin. Sebagian besar orang pasti pernah mengalami kelelahan secara emosional yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti tututan pekerjaan, tekanan sosial, kepergian orang terkasih, rasa bersalah yang terus-menerus dan lainnya.

Writing Healing, atau penyembuhan lewat menulis sendiri, merupakan upaya relaksasi untuk menyembuhkan rasa kehilangan. Kehilangan apapun. cinta, penglihatan, pendengaran, pengucapan, hingga bentuk fisik lainnya, yang dapat hilang atau tiada dari kehidupan kita, baik sejak lahir, maupun saat menikmati hidup. Kesedihan ini, bila tidak dikelola baik akan melahirkan rasa minder bahkan fustasi berkepanjangan.

Namun, lewat penggunaan metode menulis, seperti menulis puisi, hal itu dapat diatasi. Bahkan jika ditekuni justru dapat berprestasi di bidang tulis menulis ini. Dalam dunia psikologi, menulis dapat dikategorikan sebagai self healing, upaya menyembuhkan diri dari luka batin yang menggangu emosi. Setiap orang mungkin pernah merasa terluka, gagal, takut pada masa depan, memarahi diri sendiri, dan sebagainya.  

Salah satu metode ini ialah menulis ekspresif. Menulis telah dibuktikan para pakar psikologi mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan diri dari lubuk hati terdalamnya. Menulis ekspresif hakikatnya ialah mengungkapkan segala esmosi saat perasaan tak menentu melanda.

Menulis sepertinya merupakan hal yang mudah. Namun untuk menjadi seorang penulis agar tulisannya enak dibaca dengan memberi cita rasa dari gemulainya tutur bahasa,  di setiap tulisan, misalnya menulis puisi bukan perkara yang bisa dipelajari dalam satu hari.



Menulis puisi biasanya dilakukan agar makna yang ingin diungkapkan lebih tersirat. Puisi tidak bermakna langsung namun bisa dibumbui dengan majas-majas yang bisa mengungkapkan perasaan kita, seperti kata-kata hiperbola (agar lebih dramatis), pengandaian, analogi, perumpamaan dan lain sebagainya. Menulis cerita seperti menulis kejadian secara kronologis secara jujur dan tidak dibuat-buat.

Silverman (1986) mengungkapkan bahwa menulis puisi sebagaimana dengan membaca puisi merupakan kekuatan untuk menyembuhkan luka. Sementara Bolton (1999) mengungkapkan bahwa puisi atau cerita adalah terapi untuk tubuh dan jiwa. Dia juga mengatakan bahwa salah satu nilai teraupetik menulis puisi adalah kekuatannya membantu penulis menemukan tatanan pengalaman (order of experience).




Berikut adalah beberapa tahap dalam menulis puisi.
Tahap pertama adalah tahap permulaan menulis puisi, tahap ini sering disebut tahap asosiasi bebas, yang memerlukan kemauan dan keberanian untuk melakukan eksplorasi, membiarkan ide-ide dating begitu saja.
Tahap pertengahan, Insight dan pemahaman yang didapatkan dari tahap pertama diperdalam dan diperluas pada tahap ini. Pada tahap ini penulis membaca ulang puisis yang ditulisnya dan menanyakan dalam dirinya “ apakah aku benar-benar memikirkan/ merasakan hal ini?’. Tulisan ini mungkin saja selanjutnya dibagi dengan orang lain yang benar-benar merasakannya.
Tahap terakhir, yaitu penulisan ulang naskah atau re-drafting. Tahap ini lebih bersifat kognitif, dimana penulis memberikan makna ulang atas apa yang telah dituliskan pada tahap trawling.

Selama ini tujuan saya menulis puisi untuk self-healing dan ingin mewakili perasaan teman-teman yang sebagian besar berharap tulisan tersebut dibaca oleh orang yang dimaksudkan. Seringkali juga puisi yang saya tuliskan nampak seperti sebuah kalimat motivasi sehingga tidak jarang saya menulisnya dalam satu rangkuman kalimat pendek yang maknaya tepat pada sasaran.diatas kertas warna warninya.



Disisi lain, selalu ada cerita suka duka dalam menuliskan tiap bait dalam puisi. Seperti ada kepuasan tersendiri, ketika majas-majas yang saya gunakan didalamnya terasa tepat sasaran dalam diksinya.

Karena bagi pembaca yang kebetulan juga nyemplung di sastra , tulian saya akan memiliki gaya yang khas, tapi jika pembaca adalah orang yang berkebalikan “yaudah biasa saja “. Namun memang jujur, saya sendiri tidak membatasi tulisan saya, bahkan jika saya berada pada keadaan yang sangat pekat dengan masalah dan fikiran, maka tulisan puisi saya akan menemukan titk hampanya.  



Dalam menulis puisi, ada hal yang tidak bisa dilupakan, yakni perasaan ketik menuliskannya. Jika orang lain mampu membacakannya dengan intonasi nada milik masing-masing, membacanya dengan makna berbeda, maka tidak demikian dengan segala perasaan yang jatuh diantara huruf-huruf dalam puisi yang saya tuliskan tersebut.
Oleh sebab itu, bagiku menulis puisi selalu bisa menjadi obat dan penyembuh luka, baik luka lama atau baru sekalipun, serta tidak jarang justru menjadi penyembuh luka bagi mereka yang membaca dan merasa terwakilkan perasaannya. 

Terima kasih sudah berkenan mampir dan membaca potongan kecil puisi saya.
Semoga salah satunya bisa dinikmati.
Sampai jumpa....


Fitra juwita
Memastikan bahwa kalian mengenal aku melalui tulisan dan sebaliknya.

Related Posts

30 komentar

  1. Ada beberapa orang yang lebih suka menulis puisi sebagai ungkapan perasaannya. Namun nggak sedikit orang lebih memilih karya fiksi lain. Misalnya cerpen atau cerbung.

    Apapun pilihannya yang pasti tetap menulis agar bisa meluapkan segenap rasa atau mungkin emosi jiwa ya, Mbak. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyess mbak bener banget, karena tiap orang punya caranya masing-masing ya mbak. ^_^

      Hapus
  2. Menulis puisi bisa jd self healing juga y mb...aku dl jg suka bikin puisi sekrg udh g ada waktu lg hehe..maaf mb ada typo di paragraf terakhir..perasaan ketik

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih mbak koreksiannya, sangking berapi-api nya ketika menyelesaikan tema ini jadi typo. habis ini OTW dibenahi mbah...

      Hapus
  3. Setuju mbak, intinya menulis bisa menjadi sarana untuk menyembuhkan luka hati, baik menulis puisi, fiksi atau sekedar menulis apa aja untuk meluapkan perasaan

    Khusus puisi, saya sendiri nggak begitu bisa membuatnya. Hanya sebatas suka membaca puisi saja.

    Puisi itu unik ya mbak, kadang maknanya jelas dan lugas, namun kadang harus dihayati dan berfikir agak keras untuk membuka arti sebenarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget mbak.unik dan terkadang maknanya justru tidak selugas itu.

      tidak semua kata "kamu" yang aku tulis adalah tentang kamu" EEEEAAAAAAAA.......... jleb banget kalo udah begitu.

      Hapus
  4. Menulis sendiri udah healing ya. Genrenya buat aku pribadi sih bebas. Cuma agak kurang bisa menikmati puisi hehehe.

    Tapi baca puisi2 singkatnya mba kok ya enak juga 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mbak, semoga tetap ada bagian yang bisa dinikmati ya mbak dari puisi milikku ini.. salam hangat ^_^

      Hapus
  5. Ah iyaa..jadi ingat sudah lamaaaa banget nggak nulis satu puisi pun. Hiks.. Padahal pernah ada masanya meluber lhooh..haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. meluber tapi nggak sampek ninggalin jejak di tembok kamar mandi pas SMP atau SMA kan mbak, kwkwkwkwk

      Hapus
  6. Pada masanya dahulu, pernah banget bikin puisi buat tempat curhat, hahahaa
    Entah tahun berapa, nggak akan ngaku deh ntar ketahuan umurnya. Tapi yang pasti nulis puisi juga sama nulis fiksi atau non fiksi, bisa jadi self healing atau menyembuhkan luka

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahh... aku yakin puisi mbak pasti kece badainya luar biasa ya mbak. masalah usia mari kita skip, hehehehe

      Hapus
  7. Kece2 mbak puisinya aku termasuk orang yg ga jago bikin puisi tapi penikmat puisi banget. Bener aih pada dasarnya menulis apapun bentuknya memang salqh satu metode self healing yg ampuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. yess mom. nulis sendiri udah healing untuk jenis dan genre tulisan kembali lagi kepribadi masing-masing ya mom's.

      Hapus
  8. Sepakat. Puisi, salah satu bingkai kenangan yang abadi.
    Makin menarik, ketika bingkainya bisa berwarna-warna, tergantung interpretasi si pembaca puisinya.
    Salam liris, mbak Fitra ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak bener banget. Tapi kadang saya juga nulis puisi itu untuk healing orang lain mbah, jadi tidak semua tulisan puisi saya berisi kenangan saya.

      Hapus
  9. jadi pensaran siapa penulis sastra favoritenya mba, aku jg pernah jd pecinta puisi zaman kuliah dahulu wkwk. walaupun kadang orang mengira nulis puisi dikira selalu galau dan patah hati, pdahl jauh dr balik it puisi bisa menjadi sarana untuk self healing yg ampuh jg.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo coba tebak, hadiahnya nanti piring sabun detergen mbak. hihihi . HU"U Mbak,,, kadang kalo ada yang gak faham sering nebaknya gitu padahal kita sendiri kadang menulis puisi itu untuk menyembuhkan orang lain bahkan.

      Hapus
  10. Wah, kalimat-kalimat puisimu indah sekali, Fit, jadi tergerak membacanya padahal baru berupa potongan saja..aku ingat waktu SMA patah hati dan lancar sekali nulis puisi terus habis itu lega, itu healing juga ya namanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyess mbak , menulis genre apapun itu tetaplah bagian dari healing, Nanti aku coba merambah ke genre yang lain, yang memungkinkan bisa menulis lebih panjang seperti dirimu mbak. salam sayang dan peluk jaauh dari sini mbak.

      Hapus
  11. Aku suka juga Mbak bikin hal serupa. Tapi, aku lebih sering menyebutnya sebagai kalimat motivasi. Paling sering pas kuliah. Sering tuh dengar dosen ngomong apa, terus jadi kalimat motivasi yang kutulis di buku kerbauku dengan bolpoin warna-warni. Pas belajar ulang, jadi makin ngena.

    Sekarang mah jaraaaaaang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya mbak, kadang sangking singkatnya kalimat justru lebih tepatnya menjadi quotes ya mbak. kalo pake bolpoin warna warni aku gak telaten mbak, hihihi

      Hapus
  12. Aku ga pinter nulis puisi nih, ga terlalu bisa mengungkapkan kata-kata dengan nuansa syahdu. Biasanya kalau udah kesel banget atau ada yang pengin dicurhatin, bikin postingan blog pake Bahasa Jawa. Bisa lepas bebas gitu ceritanya meski tetap mengambil pengandaian melalui kejadian serupa. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahh,,kebetulan untuk bahasa jawa saya masih terus beljar menggunakan da mencari artinya mbak, sebab memang saya kebetulan orang sumatera. Berarti kalo kebetulan nemu tulisan mbak unik, kudu pake translater kayaknya mbak.

      Hapus
  13. Zaman masih sering galau dan patah Hati dulu seneng bikin puisi.. sekarang kok susah yaa mau bikin puisi wkwk. Keseringan nulis artikel keknya.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. huaaa...berarti dulu kala jamannya, mbak marita tipe yang bisa ketebak ya mbak kalo pas lagi galau dan kudu self healing

      Hapus
  14. Awal2 ngeblog aku juga banyaknya bikin puisi, lama2 puisinya ngga pernah kupublish dan disimpen doang buat dibaca2 sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. kapan kapan aku ngintip ya mbak, hehehe. makasih mbak udah mampir.

      Hapus
  15. Selalu kagum sama org2 yg jago nulis puisi. Baru tau ternyata puisi ada tahapan dlm penulisannya. Pantesan aku ga bisa2.:D

    BalasHapus
  16. Ternyata ada tahapannya ya, mbak dalam menulis puisi. Beneran ini baru pertama kali saya tahu. Terima kasih, ya

    BalasHapus

Posting Komentar